Novel Siti Nurbaya
Sitti Nurbaya adalah
sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan
oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
1.
Ia terbiasa memakai topi putih yang seringkali dipakai bangsa
Belanda. Bukti kutipan: "Topinya topi rumput putih yang biasa dipakai
bangsa belanda"
2.
Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain
batis dengan motif kembang kembang berwarna merah jambu. Bukti kutipan:
"Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis yang berkembang merah
jambu"
3.
Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan
orang-orang zaman sekarang. Bukti kutipan: "Dekat putri ini duduk
saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung rokok dengan daun
nipah."
4.
Orang padang saat berbicara seringkali menggunakan peribahasa
yang penuh arti. Bukti kutipan: "Akan tetapi sebab ia seorang yang 'pandai
hidup' sebagai kata peribahasa Melayu, selalulah rupanya seperti orang yang tak
pernah kekuranagan.
5.
Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari
laki-laki dan laki-laki itu adalah tuannya perempuan. Bukti kutipan:
"Bukankah laki-laki itu tuan perempuan dan perempuan itu hamba laki-laki?
Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada kita; disiksa,
dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan rumah tangga
yang baik."
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
1.
Jika akan melaksanakan proses perdukunan, hendaklah harus
menyiapkan syarat-syaratnya. Bukti kutipan: "Baiklah... Hamba mohon
perasapan dan kemenyan serta air bersih secambung dan sirih kuning tujuh
lembar."
2.
Di Padang, pernikahan dipandang sebagai perniagaan, laki-laki
dibeli oleh perempuan, karna perempuan memberi uang kepada laki-laki. Bukti
kutipan: "Perkawinan itu dipandang sebagai perniagaan, disini laki-laki
dibeli oleh perempuan"
3.
Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment
tertentu, tempat itu ramai dikunjungi pendatang yang ingin mendoakan arwah yang
telah pergi. Bukti kutipan: " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang
dipuncaknya adalah sebuah makam, didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul
dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat akan masuk puasa pada waktu hari raya,
penuhlah gunung itu dengan penziarah..."
4.
Orang besar, penghulu/orang berpangkat tinggi yang memiliki
istri lebih dari 1 sudah banyak, sebab itulah adat di Padang, sebab
dengan memiliki banyak istri, itu berarti dia meiliki banyak keturunan. Bukti
kutipan: "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3, sampai 4 orang.
Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?"
5.
Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih
dahulu dan bersikap seperti ada yang sudah ada. Bukti kutipan: "....
menyediakan makanan diatas tikar rumput yang telah dialas dengan kain putih,
terbentang di tengah rumah. Beberapa lama kemudian, duduklah Ahmad Maulana
makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh sedikit dari
sana...."
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1.
Janganlah kamu bersenang-senang diatas penderitaan orang lain.
Bukti kutipan: "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, pura-pura kau tolong Ia
dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang sebenarnya hendak
menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, karena hatimu terlebih bengis
daripada setan itu, belum puas lagi."
2.
Apabila ada tamu yang datang hendaknya kita menyediakan
minuman dan makanan kecil. Bukti kutipan: "Sementara itu segala kue-kue
yang lezat rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada sekalian tamu. Demikian pula
minum-minuman..."
3.
Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai
orang yang lebih tua. Bukti kutipan: "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang tua
itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja pada ayahmu. melainkan telah
bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa."
4.
Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga
tingkah laku. Bukti kutipan: "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga
dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau berlaku yang tiada senonoh!"
5.
Jika orang tua kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita
tidak berkepentingan, sebaiknya kita masuk dan tidak perlu mendengarkan
pembicaraan mereka. Bukti kutipan: "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya.
Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya itu sedang memperbnincangkan hal yang tak
boleh didengarnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar