KH. Zainuddin MZ
1. Identitas Tokoh
Nama :
Zainuddin Hamidi
Tempat/Tgl Lahir :
Jakarta, 2 Maret 1952
Meninggal :
Jakarta, 2 Juli 2011
Pekerjaan :
Penceramah
Politisi
Parpol :
PPP
PBR
Agama :
Islam
2. Keunggulan Tokoh
Dijuluki Dai Sejuta Umat
Mendapat gelar dontor honoris causa dai Universitas
Kebangsaan Malaysia
Pandai berorasi (berpidato)
Bermain film Nada dan Da’wah
3. Alasan Mengidolakan
Ceramah-ceramahnya mudah dipahami.
Pidoto/ ceramahnya disampaiakan dengan cara yang menyenangkan tidak
membosankan, tidak membuat orang ngantuk.
Memiliki nada, intonasi ceramah yang khas.
Biografi Singkat KH. Zainuddin MZ
K.H. Zainuddin Hamidi atau dikenal
sebagai K.H. Zainuddin MZ (lahir di Jakarta, 2 Maret 1952 – meninggal
di Jakarta, 5 Juli2011 pada umur 59
tahun) adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang populer
melalui ceramah-ceramahnya di radio dan televisi. Julukannya adalah
"Dai Sejuta Umat" karena dakwahnya yang dapat menyentuh seluruh
lapisan masyarakat. Ia pernah menjabat
sebagai ketua umum Partai Bintang Reformasi, kemudian digantikan
oleh Bursah Zarnubi.
Seiring pergantian tersebut, terjadilan friksi di dalam partai. Zainuddin
yang pernah aktif di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kemudian
dikabarkan kembali ke partai berlambang Ka'bah itu atas tawaran Ketua Umum
Dewan Pimpinan Pusat PPP Suryadharma Ali. Zainuddin menempuh
pendidikan tinggi di IAIN Syarif Hidayatullah dan berhasil
mendapatkan gelar doktor
honoris causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
Masa kecil
Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta pasangan Turmudzi dan Zainabun
dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil
memang sudah nampak mahir berpidato. Udin -nama panggilan keluarganya- suka
naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah
kakeknya. ‘Kenakalan’ berpidatonya itu tersalurkan ketika mulai masuk Madrasah Tsanawiyah hingga
tamat Madrasah Aliyah di Darul Ma’arif,
Jakarta. Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah
(belajar berpidato). Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus berkembang.
Setiap kali tampil, ia memukau teman-temannya. Kemampuannya itu terus terasah,
berbarengan permintaan ceramah yang terus mengalir.
Karier
Karena ceramahnya sering dihadiri puluhan ribu ummat, maka tak salah kalau
pers menjulukinya ‘Dai Sejuta Umat’. Suami Hj. Kholilah ini semakin dikenal
masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar
bukan saja di seluruh pelosok Nusantara, tetapi juga ke beberapa negara Asia.
Sejak itu, dai yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik
oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro
perjalanan haji yang bekerjasama
dengan televisi swasta bersafari bersama artis ke berbagai daerah yang disebut
"Nada dan Dakwah".
Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik. Pada
tahun 1977-1982 ia bergabung dengan partai berlambang Ka’bah (PPP). Jabatannya
pun bertambah, selain dai juga sebagai politikus. Selain itu,
keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang
pernah jadi ketua umum PBNU itu salah seorang
deklarator PPP. Dia mengaku lama nyantri di Ponpes Idham Khalid yang berada di
bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu dalam NU.
Sebelum masuk DPP, dia sudah menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi
anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Lebih jauh lagi, berkat kelihaiannya
mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan
dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu
jauh-jauh hari (sejak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya sebagai vote-getter.
Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling
berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah -sebelum
berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan memengaruhi
dominasi Golkar. Tak ayal, kondisi itu
membuat penguasa Orde Baru waswas. Totalitas
Zainuddin untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara
kultural dia warga nahdliyin, atau menjadi bagian
dari keluarga besar NU. Dengan posisinya
tersebut, dia ingin memperjuangkan NU yang saat itu menjadi bagian dari fusi PPP yang
dipaksakan Orde Baru pada 5 Januari 1971. Untuk diketahui, ormas lain yang
menjadi bagian fusi itu, antara lain, Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.
Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru
ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PB NU itu
salah seorang deklarator PPP. Pada 20 Januari 2002 K.H. Zainudiin M.Z. bersama
rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian
berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada
8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini.
Zainuddin MZ menjabat sebagai Ketua umum PBR sampai tahun 2006.
Zainuddin kembali fokus untuk menebarkan dakwah dan kembali
berada di tengah-tengah umat.
Zainuddin meninggal dunia pada 5 Juli 2011 dalam perjalanan
menuju Rumah Sakit Pusat Pertamina, karena serangan jantung dan gula darah.[2] Ia meninggal
setelah sarapan bersama keluarga di rumahnya Gandaria I, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
Pendidikan
·
S-1 IAIN Syarif Hidayatullah
·
D.r.h.c. Universitas Kebangsaan Malaysia
Filmografi
"Nada dan Dakwah" (1991)
Jabatan politik
|
||
Didahului oleh:
Jabatan baru |
Ketua Umum Partai Bintang Reformasi
2003-2006 |
Diteruskan oleh:
Bursah Zarnubi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar