Adat, Kebiasaan, dan Etika Novel
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck
A. Ringkasan/Sinopsis novel berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Pikiran
Zainuddin menerawang jauh memikirkan nasibnya yang seorang diri di negeri orang. Semua keluarganya berada di
Minangkabau (Desa Batipuh).
Mengapa
Zainuddin menjadi orang Mengkasar? Awal ceritanya begini. Setelah ibu pendekar
Sutan wafat, menurut adat, seluruh harta warisan milik Pendekar Sutan dan Datuk
Mantari Labih. Datuk Mantari Labih bersifat rakus sehingga Pendekar Sutan tidak mempunyai hak apa-apa. Ketika suatu kali Pendekar
Sutan meminta sebagian hartanya untuk bekal pernikahannya, terjadilah
pertengkaran dan berakhir dengan wafatnya Datuk Mantari Labih. Pendekar Sutan
tidak bermaksud membunuhnya. Ia hanya mempertahankan diri. Karena pembunuhan
itu Pendekar Sutan dihukum dibuang ke Mengkasar. Selesai menjalankan hukuman,
Pendekar Sutan menikah dengan gadis Mengkasar yang bernama Habibah. Dari
pernikahan itu lahirlah Zainuddin. Ketika Zainuddin umur 4 tahun, wafatlah
ibunya dan tidak lama kemudian, wafat pula Pendekar Sutan. Zainuddin kemudian
diasuh oleh mak Base. Dengan sisa harta orang tua Zainuddin itulah, mak Base
menghidupi Zainuddin.
Ketika
Zainuddin berumur 19 tahun , ia berkeinginan untuk kembali ke negeri nenek
mamaknya di desa Batipuh (Minangkabau). Dengan berat hati mak Base melepaskan
Zainuddin pergi.
Setelah lima belas hari, sampailah Zainuddin di desa Batipuh.
Semula, ia disambut gembira oleh keluarganya, tetapi lama-kelamaan sikapnya
berubah. Karena Zainuddin dianggap anak pisang, maka dia tidak berhak mendapat
gelar suku. Keadaan yang seperti itu, membuat hati Zainuddin sedih, tapi keadan
menjadi berubah ketika ia berkenalan dengan Hayati, si kembang des di desa
Batipuh itu.
Zainuddin
dan Hayati sama-sama jatuh cinta, tapi Hayati tidak berani menerima cinta
Zainuddin karena takut kecaman orang. Akhirny, Hayati pun berani mengambil
resiko, karena bagaimanapun ia terlanjur jatuh cinta.
Hubungan
asmara Zainuddin dan Hayati menjadi bahan gunjingan orang Batipuh. Berita itu,
sampai pula kepada datuknya Hayati. Melihat kenyataan itu, datuknya Hayati memanggil Zainuddin.
Zainuddin disuruh pergi demi kebaikan Zainuddin sendiri dan Hayati. Sebelum Zainuddin
meninggalkan Batipuh, ia berjanji dengan Hayati bahwa hanya mautlah yang dapat
memisahkannya. Setelah itu, Zainuddin pergi ke Padang Panjang.
Tidak
lama setelah itu, Hayati diundang oleh sahabtnya di Padang Panjang, yaitu
Chodijah, untuk melihat pacuan kuda. Dengan ditemani oleh mak Halimah, Hayati
pergi ke Padang Panjang. Aziz, kaka chodijah, jatuh cinta pada Hayati.
Di
pacuan kuda itu, Hayati bertemu dengan Zainuddin, tetapi hanya sebentar karena
Chodijah mengajak Hayati pergi. Chodijah menghina Zainuddin dan mengatakan,
yang penting dalam hidup itu bukan cinta, tapi harta dan Aziz punya hal itu.
Sepulang dari Padang Panjang, Hayati bimbang, apakah ia memilih Zainuddin
ataukah Aziz.
Tak
lama setelah pacuan kuda itu, keluarga Aziz meminang Hayati. Hayati
menerimanya. Bersamaan dengan itu, datang pula lamaran Zainuddin. Tapi, Mamak
Hayati menolaknya. Maka, perkawinan Aziz dan Hayati pun berlangsunglah.
Sementara itu, Zainuddin sakit keras dan sering tak sadarkan diri.
Muluk,
putra mamak yang ditempati Zainuddin di Padang Panjang, menganjurkan Zainuddin
untuk mengembangkan bakat mengarangnya, dan untuk itu ia harus pergi ke Jawa.
Nasehat itu diterima Zainuddin. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jawa, menuju
Surabaya.
Di
Surabaya karier Zainudddin berkembang pesat. Ia telah menjadi sastrawan dan
dermawan terkenal.
Sementara
itu, Hayati pun berada di Surabaya mengikuti suaminya bekerja. Berbeda dengan
nasib Zainuddin, keadaan keluarga Hayati nyaris berada di jurang perpisahan.
Aziz senang berjudi dan main wanita.
Pada
suatu hari, datang undangan dari “Club anak Sumatra”. Isinya adalah mengundang
Hayati dan Aziz untuk datang menyaksikan sandiwara yang dikarang oleh anak
Sumatra. Aziz dan Hayati pun datang pada pertemuan itu. Di pertemuan itu Hayati
bertemu kembali dengan Zainuddin.
Zainuddin
sudah menjadi orang yang terkenal karena karya-karyanya sehingga menjadi orang
yang kaya raya. Sementara, kehidupan keluarga Hayati bertambah buruk. Aziz
sering meminjam uang pada Zainuddin untuk berjudi. Orang-orang mulai menagih dan menyita rumahnya.
Aziz pun dipecat dari pekerjaannya.
Dalam
keadaan seperti itu, Aziz minta bantuan kepada Zainuddin agar diperkenankan
tinggal dirumahnya. Zainuddin pun bersedia. Hayati tinggal dirumah Zainuddin
dan Aziz pamit ke Banyuwangi untuk mencari pekerjaan. Tak lama kemudian datang
berita bahwa Aziz telah bunuh diri di salah satu hotel di Banyuwangi. Aziz
meninggalkan surat untuk Zainuddin yang isinya: Aziz ingin mengembalikan Hayati
kepada Zainuddin.
Zainuddin
tak bias menerima Hayati sebagai istrinya. Ia ingat masa lalu yang perih, yang
membuatnya menderita selama ini. Dalam hati Zainuddin bergolak antara cinta dan
masa lalu. Akhirnya, Zainuddin meminta Hayati pulang ke Minangkabau. Hayati
hanya bisa meratap, meneteskan air mata dan menuruti kemauan Zainuddin. Ia
pergi ke pelabuhan diantar Muluk, sebelum naik kapal Van der Wijck, Hayati
titip surat untuk Zainuddin.
Setelah
membaca surat Hayati, Zainuddin menjadi tersentuh, kasihan dan sadar bahwa
cinta Hayati masih tulus. Ia akan tersiksa terus-menerus tanpa Hayati.
Akhirnya, Zainuddin memutuskan untuk menjemput Hayati malam harinya di Jakarta.
Tetapi saying, pukul 14:00, ia membaca koran yang memuat berita: kapal Van der
Wicjk tenggelam! Seketika itu Zainuddin gemetar.
Dengan
petunjuk agen KPM, Zainuddin dan Muluk menuju Lamongan karena korban dirawat di
sana. Tubuh Hayati luka parah. Hayati bahagia karena di akhir hayatnya, ia bisa
mengetahui bahwa Zainuddin masih mencintainya. Jenazah Hayati dimakamkan di
Surabaya. Hidup Zainuddin selanjutnya, merupakan hari-hari kelabu. Ia jarang
keluar. Akhirnya, ia pun meninggal. Sesuai dengan pesan dan harapannya, ia
dikuburkan di sisi kuburan Hayati, orang yang paling dicintainya. Sebelum
meninggal, Zainuddin menulis surat wasiat bahwa seluruh hartanya diwariskan
kepada Muluk dan hartanya yang ada di Mengkasar diwariskan kepada Daeng Masiga,
orang yang mengurus hartanya selama ini.
B. Adat
1) Orang zama dahulu bilang jika kiamat tiba Kara Eng Data akan
muncul kembali di tanah lapang Karibosi.
Bukti kutipan: “ Menurut
takhyul orang tua-tua, bilamana hari akan kiamat, Kara Eng Data aka pulang
kembali, di tanah lapang Karibosi akan tumbuh tujuh batang beringin dan berdiri
tujuh buah stana, persemayaman tujuh orang anak raja-raja, pengiring dari Kara
Eng Data.”
2) Hidup anak laki-laki adalah berjuang kalu sudah melangkah ke depan
tidak akan mundur ke belakang walaupun banyak kesulitan yang dihadapinya.
Bukti kutipan: “Pepatah
orang Mengkasar sudah cukup: ‘anak laki-laki tak boleh dihiraukan panjang,
hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia
tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang.”
3) Seorang anak laki-laki yang gagah dan pantas disebut anak pisang.
Bukti kutipan: “Seketika
dia mengenalkan diri kepada bakonya, orang laksana kejatuhan bintang dari
langit, tidak menyangka-nyangka akan beroleh seorang anak muda yang begitu
gagah dan pantas, yang menurut adat di Minangkabau dinamai “anak pisang”.”
4) Meskipun dia anak Minangkabau tulen tapi masih dipandang orang
pendatang.
Bukti kutipan: “Jiwanya
sendiri mulai merasa bahwa meskipun dia anak Minangkabau tulen, dia masih di
pandang orang pendatang, masih di pandang orang jauh, orang Bugis, orang
Mengkasar.”
5) Melekatkan gelar mesti harus ada syarat-syaratnya.
Bukti kutipan: “Melekatkan
gelar itu pun mesti membayar hutang kepada negeri, sembelihkan kerbau dan sapi,
panggil ninik mamak dan alim ulama, himbaukan di labuh nan golong, di pasar nan
ramai.”
6) Rumah adat istiadat Minangkabau berbentuk bergonjong empat,
beratap ijuk dan bertatahkan timah.
Bukti kutipan: “Tidak
beberapa jauh dari rumah bakonya itu, ada pula sebuah rumah adat yang indah dan
kokoh, menurut bentuk adat istiadat Minangkabau, bergonjong empat, beratap ijuk
dan bertatahkan timah.”
7) Simbol pedang bersentak yang terletak di bawah gonjong kiri
kanan menandakan orang di rumah itu amat keras
memegang adat lembaga.
Bukti kutipan: “Pada
buatan rumah, pada symbol pedang bersentak yang terletak di bawah gonjong kiri
kanan, menandakan bahwa orang di rumah ini amat keras memegang adat lembaga,
agaknya turunan Regen atau Tuan Gedeng di Batipuh, yang terkembang di Batipuh Atas dan Batipuh
Baruh.”
8) Kalau hari sudah malam ia pergi ke surau bersama-sama dengan anak
muda lain.
Bukti kutipan: “Bila hari
telah malam, dia pergi tidur ke surau, bersama-sama dengan lain-lain anak muda,
karena demikian menurut adat.”
9) Meskipun ia dibawa orang bergaul dia tidak diberi hak.
Bukti kutipan: “Meskipun
dia dibawa orang bergaul, dia tak diberi hak duduk di kepala rumah jika terjadi
peralatan beradat-adat, sebab dia tidak berhak duduk di situ.”
10) Orang hanya memandang bangsanya saja.
Bukti kutipan: “Bukanlah
orang mencela perangainya, hanya yang dipandang orang kurang ialah bangsanya.”
11) Amat dicela orang apabila anak laki-laki
berkirim surat kepada perempuan.
Bukti kutipan: “Ai …
barangkali dia salah, barangkali ada perkataan- perkataan janggal dan kasar
terselip dalam surat itu, barangkali … barangkali berkirim surat itu adalah
satu cela paling besa, sebab baik di Minangkabau atau di Mengkasar sekalipun, amat dicela orang, anak muda yang
dikirim surat kepada perempuan.”
C. Kebiasaan
1) Seorang anak muda umur 19 tahun duduk termenung sendiri ke laut.
Bukti kutipan: “Disanalah seorang anak muda yang berusia
kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang dirinya menghadapkan mukanya ke
laut.”
2) Ia selalu menceritakan hal yang lama-lama kepada Zainuddin.
Bukti kutipan: “Meskipun sudah berulang-ulang dia menceritakan
hal yang lama-lama itu kepada Zainuddin, dia belum juga puas.
3) Ia suka sekali mengajarkan ilmu agama.
Bukti kutipan: “Mamak masih tetap tinggal di rumah ini
mengasuhmu, dan ayahmu berjalan ke mana-mana, kadang-kadang menjadi guru pencak
Padang yang masyhur itu, kadang-kadang berdukun, dan paling akhir dia suka
sekali mengajarkan ilmu agama.”
4) Ia sering memakai kopiah padang yang amat disukainya.
Bukti kutipan: “Dia tak pernah memakai destar lagi, melainkan
memakai kopiah Padang yang amat disukainya, bersarung, berpakaian cara ‘orang
siak’ di Padang katanya.”
5) Ia selalu membaca Al Qur’an tengah malam dan membuaikan Udin dengan
nyanyian negeri Padang.
Bukti kutipan: “’Pertama membaca Alquran tengah malam, kedua
membuaikan si Udin dengan nyanyian negeri sendiri, negeri Padang, Negeri Padang
yang kucinta.”
6) Ia biasanya duduk di atas tikar sembahyangnya dan meminta tobat dari
segala dosa yang pernah dilakukannya.
Bukti kutipan: “Pada suatu malam, petang Kamis malam Jum’at,’
sedang dia duduk di atas tikar sembahyangnya, bertekun sebagai kebiasaannya,
meminta tobat dari segenap dosa, dia meninggal.”
8) Ia orang yang suka menyisihkan diri ke sawah dan suka merenungi
wajah Merapi.
Bukti kutipan: “Tetapi dia pemenung, pehiba hati, suka
menyisihkan diri ke sawah yang luas, suka merenungi wajah Merapi yang diam
tetapi berkata.”
7) Ia selalu menulis surat
yang begitu indah dan bisa membuka pintu hati manusia untuk Hayati.
Bukti kutipan: “Tidak perlu Tuan merasa takut lantaran surat
Tuan, surat yang begitu indah susunannya, menarik dan membuka kunci pintu hati
manusia.”
9) Zainuddin selalu bermenung sendiri di beranda surau.
Bukti kutipan: “Bermenung di beranda surau seorng dirinya,
tidak merasai takut dan gentar.”
D. Etika
1) Budi pekerti kita harus baik agar orang-orang suka kepada kita.
Bukti kutipan: “Budi pekerti Pendekar Sutan amat menarik
hatinya, kelakuannya, keberaniannya, dan kadang-kadang pandai berdukun,semuanya
menimbulkan sukanya.”
2) Sebagai makhluk sosial kita harus saling tolong menolong walaupun
tidak ada hubungan saudara.
Bukti kutipan: “Apa yang aku makan, itulah yang akan dimakan
Zainuddin.”
3) Bacalah surat yasin tiap malam untuk orang terdekat kita yang
meninggal.
Bukti kutipan: “Balasannya hanya satu, bacakan Surat Yasin
tiap-tiap malam Jumat kalau mamak meninggal dunia pula.”
4) Jangan melihat/menilai seseorang dari tempat dia berasal.
Bukti kutipan: “Malang nasib anak yang demikian, sebab dalam
negeri ibunya dia dipandang orang asing, dan dalam negeri ayahnya dia dipandang
orang asing pula.”
5)Selalu menolong orang lain yakni ini yang dilakukan oleh Zainuddin terhadap
Aziz suaminya Hayati ketika dia meminjam uang kepada Zainuddin.
Bukti kutipan: “Dengan
muka yang tabal, tak mengenal kesalahan-kesalahan yang lama, sudah dua tiga
kali dia meminjam uang kepada Zainuddin.”
6) Ia tidak dendam kepada sahabatnya meskipun sahabatnya sudah melukai
hatinya.
Bukti kutipan: “Kedatangan mereka diterima oleh Zainuddin dan
muluk dengan hati bersih dan suci, penerimaan sahabat kepada sahabatnya.”
7) Kita
harus jadi orang yang setia.
Bukti kutipan: “Ingat, dan selamanya dia tak akan lupa. Tetapi
… Hayati yang dicintainya itu telah hilang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar