Unsur Intrinsik Novel Siti Nurbaya
Berikut ini terdapat
penjabaran tentang unsur-unsur intrinsik novel Siti Nurbaya.
Sinopsis
Novel berjudul Siti Nurbaya karya … ini mengisahkan tentang
sepasang sejolo yang bernama Siti Nurbaya dan Samsul Bahri. Hubungan cinta
antara keduanya baik-baik saja seperti hubungan pasangan pada umumnya, hal
tersebut berlangsung sebelum Samsulbahri meninggalkan kota Padang demi
pendidikannya.
Disamping itu hal yang terjadi terhadap Baginda Sulaiman yang
merupakan ayahanda Siti Nurbaya sedang dalam keadaan tidak menguntungkan. Semua
harta kekayaan Baginda Sulaiman habis terbakar. Kejadian ini merupakan makar
dari seorang laki-laki jahat yang bernama Datuk Maringgih. Tentu saja makar
yang dibuat oleh Datuk Maringgih tidak diketahui oleh Baginda Sulaiman.
Baginda Sulaiman saat ini sedang jatuh dan menjadi miskin. Ia
tidak menyadari bahwa toko dan semua harta miliknya habis dibakar oleh orang
yang merupakan suruhan Datuk Maringgih. Baginda Sulaiman bermaksud untuk
meminjam uang kepada Datuk Maringgih untuk memulai kembali bisnisnya, tentu
saja tanpa adanya kecurigaan sama sekali terhadap Datuk Maringgih. Datuk
Maringgih bersedia meminjami Baginda Sulaiman uang, namun dengan persyaratan
bahwa Baginda Sulaiman harus mengembalikan uang yang telah dipinjamnya selama
jangka waktu3 bulan. Baginda Sulaiman pun menyanggupi.
Tiga bulan berlalu dan tibalah saat yang telah disepakati bahwa
Baginda Sulaiman harus membayar hutangnya terhadap Datuk Maringgih setelah
jangka waktu 3 bulan. Namun janji tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Baginda
Sulaiman, ia tidak dapat melunasi hutangnya terhadap Datuk Maringgih. Tentu
saja datuk Maringgih tidak menerima alasan apapun kecuali Baginda Sulaiman
harus membayar hutangnya. Datuk Maringgih mengancam akan memenjarakan Baginda
Sulaiman apabila ia tidak membayar hutang, namun ancaman itu bisa ia cabut
apabila Baginda Sulaiman bersedia untuk menikahkan Datuk Maringgih dengan
putrinya Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman dengan terpaksa menyetujui permintaan Datuk
Maringgih. Ia pasrah dengan keadaan karena ketidakmampuannya untuk membayar
hutang-hutangnya. Siti Nurbaya pun dengan berat hati bersedia dinikahkan dengan
Datuk Maringgih asalkan Ayahnya tidak dipenjarakan olehnya. Keputusan ini
diambil dengan berat hati oleh Siti Nurbaya maupun ayahnya. Pernikahan Siti
Nurbaya dengan Datuk Maringgih menjadi awal buruk bagi penderitaan Siti Nurbaya
dan Samsulbahri.
1) Tema
Novel Siti Nurbaya memiliki tema bertajuk kisah cinta yang
memilukan antara Siti Nurbaya dengan samsul Bahri
2) Penokohan
– Siti Nurbaya : Berwatak baik hati serta rela
berkorban demi orang tuanya.
– Samsul Bahri : baik hati, rela berkorban, dan
bijaksana.
– Baginda Sulaiman : Cenderung menyerah pada kenyataan dan
kurang bijaksana.
– Sultan Mahmud : Tidak Bijaksana, tidak berpikir
panjang, dan ceroboh dalam
memutuskan sesuatu.
– Datuk Maringgih : berwatak jahat, serakah, dan culas.
3) Sudut Pandang
Novel Siti Nurbaya ini menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Penulis memposisikan dirinya pada posisi pencerita yang mengetahui banyak hal
tentang isi cerita dalam novel. Sudut pandang orang ketiga ditunjukkan dengan adanya
penggunaan kata ganti orang ketiga yakni “Dia” atau penyebutan nama orang di
dalamnya.
4) Alur
– Eksposisi:
Kepergian Samsulbahri ke Jakarta
dalam rangka menuntut ilmu sehingga mau tidak mau harus meninggalkan Siti
Nurbaya.
– Konflik
a. Pembakaran toko milik Baginda
Sulaiman yang berujung pada perjodohan antara Datuk Maringgih dengan Siti
Nurbaya.
b. Samsulbahri mengetahui perihal
perjodohan kekasihnya Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih.
– Klimaks
Samsul Bahri berseteru dengan Datuk Maringgih hingga akhirnya
mereka saling membunuh.
– Penyelesaian
Samsul Bahri akhirnya meninggal dan dikuburkan berdampingan dengan
makam Siti Nurbaya.
5) Amanat
– Pengorbanan terhadap hal yang penting terkadang dianggap perlu
untuk demi sesuatu hal yang jauh lebih penting
– Bijaksana dalam mengambil keputusan, terlebih pada sesuatu hal
yang sangat riskan.
– Jangan berurusan dengan Lintah Darat, karena lebih banyak
kerugian yang akan ditimbulkannya dari pada manfaatnya.
6) Latar
a. Latar Tempat :
– Di Kota Padang
– Stovia, tempat Samsulbahri menuntut ilmu.
b. Latar Waktu
Suasana pada saat itu sedang terjadi pergolakan di kota Padang.
c. Latar Sosial
Penggunaan unsur-unsur adat istiadat Melayu dalam isi cerita novel
yang terasa begitu kental.
7) Gaya Bahasa
Bahasa tulis yang digunakan oleh pengarang dalam novel Siti
Nurbaya lebih banyak menggunakan gaya bahasa etnis Melayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar